Alfred Wegener memulai pendidikan di Jurusan Astronomi Universitas Berlin
dan meraih gelar Ph.D pada tahun 1904. Dia tertarik dalam pengembangan
di bidang metereologi dan klimatologi (dia menikahi putri metereologist
dan klimatologist, Wladimir Köffen). Bukunya The Thermodynamics of the Atmosphere menjadi
teks book standar dalam bidang metereologi. Wegener menjadi bagian dari
beberapa ekspedisi ke Greenland untuk mempelajari pola sirkulasi udara.
Pada ekspedisi terakhirnya di Greenland,
Alfred Wegener dan rekannya Rasmus Villumsen tersesat dan hilang pada
bulan November 1930. Jasad Wegener ditemukan pada 12 Mei 1931. Penyebab
tewasnya diperkirakan akibat kegagalan fungsi hati.
Dalam penelitiannya, dipertengahan tahun 1911 di perpustakaan Universitas Marburg
Wegener menemukan tulisan ilmiah mengenai identifikasi fosil dalam
strata geologi yang terpisah oleh samudera. Penjelasan dari teori pada
waktu itu adalah adanya jembatan berupa daratan sehingga hewan dan
tumbuhan dapat bermigrasi melintasi samudera. Tetapi Wegener beranggapan
bahwa daratanlah yang saling terpisah setelah sebelumnya bersatu
sebagai supercontinent yang selanjutnya terpisah sejak 180 juta
tahun yang lalu. Hal ini berdasarkan fosil, bentuk benua dan iklim.
Contoh dari bentuk benua adalah kecocokan garis pantai benua Afrika dan
Amerika Selatan. sebaran batubara di Eropa bersambung dengan batubara di
Amerika Utara. Wegener juga menjelaskan bahwa fosil Mesosaurus dan Lystrosaurus ditemukan di tempat yang dipisahkan oleh lautan.
Sejak 1912 beliau memperkenalkan teori Pengapungan Benua (continental drift) dimana semua benua bersatu dan kemudian terpisah satu dengan yang lainnya. Pada tahun 1915 dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans Wegener mempublikasikan keberadaan satu benua raksasa (supercontinent) yang diberi nama Pangaea yang berarti All-Lands atau All-Earth dan menunjukkan berbagai bukti dari banyak sumber.
Wegener mempresentasikan banyak bukti
mengenai teori Pengapungan Benua akan tetapi belum dapat memberikan
penjelasan mengenai mekanisme penyebabnya. Meski memiliki beberapa
pendukung seperti Alexander Du Toit dari Afrika Selatan dan Arthur Holmes dari Inggris, banyak rekasi yang menentang teori ini termasuk American Association of Petroleum Geologists
yang menyelenggarakan simposium untuk memperdebatkan teori Pengapungan
Benua pada tahun 1925 dan banyak lagi ilmuan lainnya seperti geologist Franz Kossmat dan George Gaylord Simpson pada tahun 1943.
Pada awal dekade 1950-an dikembangkan paleomagnetisme sebagai ilmu pengetahuan baru di Cambridge University oleh S. K. Runcorn dan di Imperial College oeh P.M.S. Blackett
yang banyak memberikan data untuk mendukung teori Wegener. Pada awal
tahun 1953, sampel dari India menunjukkan daerah ini dulunya terletak
pada lintang selatan sesuai prediksi Wegener. Tahun 1959 telah cukup
data dan bukti untuk membuka pikiran sehingga teori Pengapungan Benua
lebih bisa diterima. Di Inggris
pada tahun 1964, Royal Society menggelar simposium tentang teori ini.
Tambahan pada dekade 1960-an dengan ditemukannya pemekaran tengah
samudera (seafloor spreading) dan Wadati-Benioff zones menjadikan teori ini menjadi dasar teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic) yang sangat populer sampai sekarang. Wegener menjadi salah satu tokoh revousi ilmu pengetahuan di abad 20.
The Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research di Bremerhaven,
Jerman didirikan untuk menghormati dan mengenang Wegener. Selain itu
The European Geosciences Union mensponsori Alfred Wegener Medal &
Honorary Membership untuk ilmuwan yang berprestasi secara internasional
dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang atmosfir, hidrology dan
ilmu kelautan berdasarkan pemikiran dan nalurinya dalam mempelajari dan
menguak rahasia alam.
Source: WIKIPEDIA (alih bahasa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar